Saya selalu bingung sama orang yang kalau ketrigger, untuk hal sekecil apapun, langsung dipakai debat. Padahal, kalau dari nalar saya sebagai yang nyimak, justru yang ngajak debat itu yang salah. Tapi, mungkin pola pikir kami berbeda, ya sudah *melipir*
Alkisah, pada suatu hari, saya lagi adem-ademnya diem. Kerjaan gak begitu banyak, mau nge-blog gak ada materi, terus ya buka twitter aja kan ujung-ujungnya hahaha. Dari kejauhan saya mendengar beberapa orang memperdebatkan masalah rumus anak SD. Saya berusaha buat tidak terlalu menanggapi, soalnya bukan urusan saya. Tapi, saya kok jadi ikut gusar gitu, kok lebay banget sih perkara rumus aja. Mana pake jumawa, lol. SAYA IKUT KETRIGGER DONG! hahaha tapi cuma gremet-gremet dalem hati, terus jadilah materi blogpost saya kali ini.
Sampai keluar kalimat "ini kan asalnya dari integral!", "tau ga ini rumus dari mana? kamu gak akan tau, tapi aku tau! saya jagonya!", bahkan sampai minta nomor WhatsApp gurunya. PLIS A-TUH-LAH! Lebay banget deh yang gini aja sampai harus didebatin, malah sampe mau nge WhatsApp gurunya. WTF are you doing?!
Mau nangis dong saya hahaha. Gemes boooos! Hahaha.
Kenapa sih, untuk hal yang seharusnya dibuat mudah, dibawa terlalu jauh terus didebatin. Sampe se-kekeuh itu mempertahankan kalau apa yang kita ucapkan itu benar, sampai googling, terus nyari banyak referensi. WTH!
Jadi gini loh adik-adik, gak semua orang mendengarkan orang lain untuk memahami rasa, tapi ada juga orang yang mendengarkan orang lain untuk berdebat. Entah orang tersebut memang seneng debat, atau keseringan nonton TV Politik (jadi senengnya debat, lol) atau bahkan memang pemikiran dia hampir 90% bertolak belakang sama orang-orang dan dunia ini. Jadi, ya, balik lagi, kita gak pernah tau pemikiran dan hati orang lain yang sebenarnya.
Terus harus gimana kalau (lagi apes) ketemu orang yang senengnya berdebat terus kadang selalu ngerasa kalau argumentasinya selalu benar dibanding kita-kita semuanya yang ada di dunia ini? IYAIN AJA DULU! Suer, iya in aja dulu.
Kadang, meng-iya-kan pernyataan orang lain tidak selalu berarti kita setuju sama apa yang dia ucapkan, dalam kasus berhadapan sama orang yang selalu ngajak debat dan selalu berargumen dan merasa benar ini, meng-iya-kan omongan dia karena beliau memang butuh pengakuan. Walau nanti ujung-ujungnya saat kita mengeluarkan statement kita bakal tetep ditentang, tapi ambil hikmahnya aja, menyenangkan hati orang lain (dengan meng-iya-kan omongannya) itu dapet pahala wkwk. Walau kitanya iya iya kosong aja. Jahat sih, tapi memang mau tersiksa lahir batin sama orang yang kaya gini? Hahaha.
Iyain, senyumin, manggut-manggut. Nanti juga debatnya selesai sendiri. INI TERBUKTI LOH SAMA SAYA! HAHAHA
Jadi adik-adik, kakak-kakak, buat self reminder aja. Jauhi perdebatan, walaupun kita dalam posisi yang benar. Kenapa? Benar menurut kita belum tentu benar buat orang lain. Baik untuk kita belum tentuk baik juga untuk orang lain. Memang enak bertolak belakang sama orang lain? atau bahkan sama orang banyak? Nggak doong~~ siapa yang mau respect sama kita kalau dikit-dikit ketrigger, dikit-dikit marah terus debat. YAKALI AAAH~~
Kenapa sih, untuk hal yang seharusnya dibuat mudah, dibawa terlalu jauh terus didebatin. Sampe se-kekeuh itu mempertahankan kalau apa yang kita ucapkan itu benar, sampai googling, terus nyari banyak referensi. WTH!
Jadi gini loh adik-adik, gak semua orang mendengarkan orang lain untuk memahami rasa, tapi ada juga orang yang mendengarkan orang lain untuk berdebat. Entah orang tersebut memang seneng debat, atau keseringan nonton TV Politik (jadi senengnya debat, lol) atau bahkan memang pemikiran dia hampir 90% bertolak belakang sama orang-orang dan dunia ini. Jadi, ya, balik lagi, kita gak pernah tau pemikiran dan hati orang lain yang sebenarnya.
Terus harus gimana kalau (lagi apes) ketemu orang yang senengnya berdebat terus kadang selalu ngerasa kalau argumentasinya selalu benar dibanding kita-kita semuanya yang ada di dunia ini? IYAIN AJA DULU! Suer, iya in aja dulu.
Kadang, meng-iya-kan pernyataan orang lain tidak selalu berarti kita setuju sama apa yang dia ucapkan, dalam kasus berhadapan sama orang yang selalu ngajak debat dan selalu berargumen dan merasa benar ini, meng-iya-kan omongan dia karena beliau memang butuh pengakuan. Walau nanti ujung-ujungnya saat kita mengeluarkan statement kita bakal tetep ditentang, tapi ambil hikmahnya aja, menyenangkan hati orang lain (dengan meng-iya-kan omongannya) itu dapet pahala wkwk. Walau kitanya iya iya kosong aja. Jahat sih, tapi memang mau tersiksa lahir batin sama orang yang kaya gini? Hahaha.
Iyain, senyumin, manggut-manggut. Nanti juga debatnya selesai sendiri. INI TERBUKTI LOH SAMA SAYA! HAHAHA
Jadi adik-adik, kakak-kakak, buat self reminder aja. Jauhi perdebatan, walaupun kita dalam posisi yang benar. Kenapa? Benar menurut kita belum tentu benar buat orang lain. Baik untuk kita belum tentuk baik juga untuk orang lain. Memang enak bertolak belakang sama orang lain? atau bahkan sama orang banyak? Nggak doong~~ siapa yang mau respect sama kita kalau dikit-dikit ketrigger, dikit-dikit marah terus debat. YAKALI AAAH~~
No comments:
Post a Comment